Keraton, yang sekarangtermasuk
bilangan Kampung Masjid Agung dan Masjid Lama.Warga etnik Tionghoa mencari
penghidupan tetap di Kota Palembang dengan cara berdagang.Dahulu, dalam ucapara
adat tertentu, mereka menyajikan makanan berbahas dasar ikan dan sagu
untukkeperluan adat. Baru pada 1916, penganan itu dijual oleh seorang keturunan
Tionghoa bernama Sipek.Ia menjajakan dagagangannya degan berkeliling. Makanan
ini laris dan sangat disukai, sayangnyamakanan ini belum memiliki
nama. Anak-anak muda yang selalu menunggu Sipek lewat, dengan tidak sabat
memanggil Sipek begitumelihatnya di kejauhan, Pek, Pek, Sipek, mampir sini.
Mereka berharap Sipek cepat-cepat menghampiri saat mendengar panggilan
mereka.Orang-orang lalu menyebut makanan tidak bernama itu Sipek, sesuai dengan
nama penjualnya. Namun,lama-kelamaan pengucapannya berubah menjadi pempek atau
empek-empek.Pempek ini dikenal sebagai makanan khas Palembang. Dengan bahan
dasar yang sama,pempekberkembang menjadi berbagai macam jenis. Ada pempek
telok, pempek lenjer, pempek adaan,pempekkulit, pempek panggan dan
lainnya.Setidaknya ada lebih dari 12 jenis pempek saat ini. Pempek biasa
disajikan dengan saus kental cokelat serupa kecap yang disebut cuka.Cuka
merupakan hasil olahan dari asam jawa, gula merah, cabai, cuka putih, bawang
putih dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar